* Susuk *


Susuk merujuk kepada memasukkan sesuatu bahan asing ke dalam badan bagi mendapatkan sesuatu kelebihan. Pelbagai bahan boleh digunakan, bergantung kepada apakah keinginan pengguna.

Pemakai susuk biasanya mempunyai beberapa pantang larang seperti tidak boleh memakan beberapa bahan tertentu iaitu pisang tanduk, pisang abu, tidak boleh melintas di bawah tali kain, dan lain-lain, bergantung kepada jenis susuk yang dipakainya.

Kebaikan

Pemakai susuk percaya bahawa susuk itu akan membantu mereka menjadi bertambah cantik, bertambah berani, semakin dikasih, semakin manis, dan lain-lain kebolehan menurut susuk yang dipakai.

Keburukan

  • Pemakai susuk terpaksa mematuhi pantang-larang tertentu. Sekiranya terlanggar pantang-larang, susuk itu akan keluar dengan sendirinya dan menjadi tawar.
  • Susuk ini terpaksa dibuang, sebaiknya oleh dukun yang memakaikan susuk itu, ataupun melalui cara yang diajari. Sekiranya dukun tersebut telah mati atau cara membuang susuk tidak dipelajari, pemakai susuk ini sukar hendak mati.

Contoh pantang

Antara makanan yang menjadi pantang pemakai susuk (bergantung kepada jenis susuk).

  • Labu air
  • Pisang tanduk
  • Daun kelor

Antara perbuatan yang menjadi pantang pemakai susuk (bergantung kepada jenis susuk.

  • Melalui bawah penyidaian
  • Melalui di bawah tangga/rumah

Penilaian secara saintifik

Pemakai susuk biasanya akan merasa lebih yakin kerana menganggap susuk tersebut akan memberi kelebihan seperti menjadi bertambah cantik, bertambah berani, semakin dikasih, semakin manis, dan lain-lain. Dengan itu, bolehlah dianggap susuk ini sebagai satu cara meningkatkan keyakinan diri (self-esteem) seseorang, walaupun sebenarnya tidak ada apa-apa perubahan fizikal yang berlaku.

Pandangan Islam Tentang Susuk

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An Nisaa: 48)
Adapun masalah susuk, maka antum berusaha menghilangkannya dengan cara meruqyah diri sendiri dengan membaca ayat-ayat Al-Quran, dan dzikir-dzikir pagi dan sore yang ada dalam hadits yang shahih. Jika susuk itu tidak bisa hilang, sedangkan antum sudah bertaubat dan menyesali perbuatan tersebut, lalu antum meninggal, maka antum insyaAllah akan meninggal diatas tauhid.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang sholeh (baik) ketika manusia rusak. Maksudnya, mereka (orang-orang asing karena melaksanakan sunnah) tetap dalam keadaan baik aqidahnya, ibadahnya, dan akhlaknya bagus di tengah manusia yang rusak akidahnya, ibadahnya, dan akhlaknya.

Jadi seseorang yang menapaki manhaj salaf di akhir zaman ini, harus bersabar ditengah manusia-manusia rusak yang menganggap para penegak sunnah sebagai orang yang asing, dan musuhnya. Inilah yang dikabarkan oleh Nabi Shalallaahu ‘alaihi wasallam :

“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari di mana orang yang sabar ketika itu seperti memegang bara api. Mereka yang mengamalkan sunnah pada hari itu akan mendapatkan pahala lima puluh kali dari kalian yang mengamalkan amalan tersebut. Para Shahabat bertanya: “Mendapatkan pahala lima puluh kali dari kita atau dari mereka?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab: “Bahkan lima puluh kali pahala dari kalian”.(HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim. Dan dishahihkan oleh Imam Hakim dan disepakati oleh Dzahabi; lihat Dlaruratul Ihtimam, Syaikh Abdus Salam bin Barjas, hal. 49)

Dibawah naungan cahaya hadits ini, kita mendapatkan petunjuk dan bimbingan bahwa orang-orang asing yang melaksanakan sunnah akan menghadapi kondisi yang susah antara mengikuti sunnah ataukah meninggalkan sunnah. Disinilah seorang membutuhkan kesabaran agar dia tetap berada dalam sunnah. InsyaAllahu Ta’aala, kesabaran inilah yang akan mengumpulkan kita bersama Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam di akhirat kelak. Allahumma Amin.





Tidak ada komentar: